Tahukah anda bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang paling sedikit
membaca? Kita lebih banyak menonton televis. Bayangkan, dengan 200 juta lebih
penduduknya, setiah hari hanya ada 4 juta Koran. Berarti, 1 koran
dibaca 50 orang. Di Jepang, 1 orang membaca 4 koran, tapi di Indonesia jumlah
pesawat televise konon ada 50 juta. Berarti setiap 4 orang Indonesia memiliki 1
pesawat televisi. Di rumah-rumah kumuh pinggir kali pun tampak ada pesawat
televisi, bukan?
TV di Indonesia ini paling bebas di dunia:
ada 12 saluran nasional plus saluran lokal. Gratis semua. Negara-negara maju
(katakanlah amerika dan inggris) hanya ada 4-5 channel gratis nasional yang di
setiap negara bagian berafiliasi dengan channel lokal. Selebihnya adalah TV
kabel, yang kalu nonton mesti bayar dulu. Jadi, kalau mau nonton video klip
yang isinya perempuan setengah telanjang (seperti di MTV) pemirsa mesti
langganan. Mau menjejali anak-anaki dengan film-film kartun sepanjang hari,
mesti langganan. Siapa bilang pemirsa AS lebih bebas dari pada di
Indonesia? Indonesia adalah surga: ada televisi menyihir anak-anak kita dengan
film-film kartun sepanjang hari, gratis. Ada televisi menayangkan penyanyi
dangdut yang memutar-mutar pantatnya dengan wajah merem melek, jam tujuh malam
saat anak-anak belajar dan mata mereka tersedot ke layar kaca.
Membodohi pemirsa
Sinetron
Indonesia? Hadir setiap hari, bahkan sehari beberapa kali. Di semua channel,
sinetron kita berisi ajaran-ajaran yang justru tidak mendidik (wahai para
artis, kalian memang sedang berdakwah akan tetapi apakah dakwah anda sudah
sesuai dengan agama anda?) lihat saja, ibu tiri atau ibu mertua selalu kejam,
ibu kandung selalu lemah tak berdaya, istri cerewet atau teraniaya, suami
berselingkuh, wanita karir culas, rekan kerja curang, anak-anak remaja
berkelahi rebutan pacar, murid-murid berani pada gurunya, gadis-gadis hamil di
luar nikah.
Sinetron kita tampaknya tidak
mencerminkan diri kita, saudara/ keluarga kita, kawan kita, tetangga kita, atau
orang di sekitar kita. Karakte/ tokoh kebanyakan orang-orang yang sangat kaya,
cantik, tampan, modis, keren, seksi. Bahkan, antara ibu, nenek dan anak
perempuan/ cucunya sama mudanya(benar-benar menganggap bodoh pemirsa)
TV dan nasib bangsa
Cerita sinetron biasanya penuh dengan
intrik dan pembalasan dendam, adegan-adegannya melanggar norma agama, lelaki
dan perempuan yang bukan suami istri
berpelukan dan berciuman dengan bebasnya. Gadis hamil di luar nikah ditampilkan
secara biasa yang harusnya tabu dan menjadi aib. Ending cerita diolor-olor,
diperpanjang agar dapat tetap tayang. Padahal ceritanya kemudian menjadi tidak
masuk akal, sangat melecehkan intelektual masyarakat
Adakah dampaknya bagi generasi muda,
terutama hubungannya dengan ajran dan pemahaman agama mereka? Jelas ada, banyak
anak-anak muda sekarang membawa hp y ang kegunaannya hanya untuk menelepon
pacarnya. Para mahasiswi ke kampus dengan jeans ketat dan kaus tank top. Mereka
lebih hafal lagu barat dari pada shalawat nabi
Perubahan nasib bangsa terletak di
tangan kita, bila ingin generasi muda kita lebih baik dari diri kita, mari kita
berhenti menonton sinetron yang tidak berbobot. Lebih baik kita lebih banyak
membaca buku. Buku menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan, sedangkan
sinetron sebaliknya, berdakwah dan berjuang
ternyata bisa dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan tidak menonton sinetron
yang menyesatkan, kita membentuk kepribadian dan moral bangsa untuk 10-30 tahun
ke depan.
qasanalbana@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar