Jumat, 17 Juli 2015

MOTIVASI DARI KEPALA SEKOLAH



MOTIVASI DARI KEPALA SEKOLAH  (bagian 1)
SDIT AHMAD YANI
IBU MUTINI, S.Pd

          Tegas, rendah hati, bersahaja, berjiwa pendidik, dan senantiasa mau belajar meskipun di usia yang lebih dari setengah abad.  Beliau mampu menjadi suri tauladan bagi siapapun yang bersamanya, pribadi yang satu ini memang sangat special, tak terlalu berlebihan bila kami-kami para guru di SDIT Ahmad Yani menjadikan beliau sebagai panutan. Sosok yang dikenal pandai dalam membentuk serta membangun karakter para guru-guru serta peserta didik yang bersamanya ini, telah memiliki pengalaman melimpah berkenaan dengan kepemimpinan, khususnya dalam memimpin sebuah lembaga sekolah dasar.
          Sebelumnya saya mohon ijin untuk memperkenalkan sosok panutan kami di Lembaga Sekolah yang hebat yakni di SDIT Ahmad Yani. Beliau adalah Ibu Mutini, S.Pd. mendengar nama tersebut, para insan pendidikan yang ada di kota Malang tentu tidak asing lagi dengan pribadi yang penuh prestasi tersebut. di usianya yang telah purna tugas, Allah berkehendak untuk memberikan ‘bonus’ pengabdian kepada beliau untuk sekali lagi menahkodai sebuah lembaga yang sangat potensial untuk go great yakni SDIT Ahmad Yani.
          Dalam tulisan ini, yang hendak saya sampaikan berkenaan dengan sosok beliau adalah: 1) tentang pesan moral serta motivasi-motivasi beliau yang diberikan setiap minggunya kepada rekan-rekan guru di sela-sela rapat evaluasi setiap hari sabtu. 2) profil singkat tentang ibunda tercinta Mutini, S.Pd. 3) jaminan mutu SDIT Ahmad Yani.
          Berikut petikan motivasi dari ibunda:
Guru itu perlu memiliki sikap dan sifat berikut:

'Mulus ing saliro, alus ing wicoro, jatmiko ing polah, & anteb ing pambudi'. 

          Mulus ing saliro, Penampilan diupayakan senantiasa bersih, rapi, dan bersahaja. Dari situ akan menampakkan pribadi guru yang tidak hanya ‘mulus’ pakaiannya setelah disetrika, orang yang senantiasa melihatnya pun akan senang mendapati guru yang berpenampilan sederhana tetapi elok dilihat.
          Alus ing wicoro, sebenarnya konsep kedua ini juga pakem yang harus dimiliki guru. Dalam bertutur kata yang menunjukkan akhlaq yang mulia dari seorang guru, barang tentu berangkat dari situ para peserta didik yang berinteraksi dengan guru semacam ini akan meniru dan berakhlaq mulia, karena ada efek ‘nulari’  orang yang diajak berbicara.
          Jatmiko ing polah, akumulasi dari penampilan yang ‘mulus’ serta adab berbicara yang santun/ alus ing wicoro akan Nampak pada tingkah laku guru, guru yang benar-benar guru akan senantiasa berperilaku layaknya guru, seluruh tingkah lakunya akandi dipikirkan terlebih dahulu apakah pantas atau tidak dilakukan, sehingga detak jantung guru pun akan senantiasa berbunyi ‘guru’ digugu lan ditiru.
          Anteb ing Pambudi, guru tidak akan setengah-setengah dalam melaksanakan tugasnya, sehingga pilihan menjadi guru adalah utuh serta mantab. Ketika benar-benar mantap menjadi guru maka apapun yang terjadi semua akan diniatkan untuk beribadah dan mermisi memajukan lembaga yang dinaunginya serta membantu peserta didik mencapai kompetensinya secara total.

to be continued.......

qasanalbana@yahoo.com
malang, 18 juli 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar