Semut, Laba-Laba, dan Lebah
Tiga
binatang kecil menjadi nama dari tiga surah dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Naml
(semut), Al-Ankabut (laba-laba), dan Al-Nahl (lebah).
Dalam surah Al-Naml antara lain
diuraikan sikap Fir’aun, juga Nabi Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak
dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dan sesudahnya. Ada juga kisah seorang raja wanita yang
berusaha menyogok Nabi Sulaiman demi mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Lain lagi uraian Al-Qur’an terntang
laba-laba: sarangnya adalah tempat yang paling rapuh (QS.29:41), ia bukan
tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan
serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan seks
disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas
saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Demikianlah kata sebagian
ahli. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan dari sejenis binatang.
Lilin
digunakan untuk penerang dan madu-kata Al-Qur’an- dapat menjadi obat yang
menyembuhkan . lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang
tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu keculai yang mengganggunya bahkan
sengatannya pun dapat menjadi obat.
Sikap hidup manusia seringkali
diibaratkan denga berbagai jenis binatang. Jelas ada manusia yang “berbudaya
semut” yaitu menghimpun dan menumpuk ilmu (tanpa mengolahnya) dan materi (tanpa
disesuaikan dengan kebutuhan). Budaya semut adalah “budaya menumpuk” yang
disuburkan oleh budaya “mumpung”. Tidak sedikit problem masyarakat bersumber
dari budaya tersebut, pemborosan adalah anak kandung dari budaya ini. Dapat
dipastikan bahea dalam masyarakat kita banyak sekali semut yang berkeliaran. Entah berapa banyak jumlah laba-laba
yang ada disekitar kita yaitu mereka yang tidak lagi butuh berfikir apa,
dimana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah “siapa yang akan
mereka jadikan mangsa.
Nabi SAW mengibaratkan seorang
Mukmin sebagai lebah, sesuatu tidak merusak dan tidak pula menyakitkan: tidak
makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika
menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya
Dapatkah kita menjadi ibarat lebah
bukan semut apalagi laba-laba?
qasanalbana@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar