Jejak tinju pak kiayi
Ada ratusan terminology:
Ada orang mengucapkan sesuatu dan
melakukannya. Ada
orang mengucapkan tetapi tak melakukan. Ada
yang melakukan tetapi tak mengucapkan. Ada
yang menugcapkan dan tak melakukan…. Dengan berbagai variabelnya.
Ada orang yang tahu sedikit tentang sedikit hal. Ada
orang tahu banyak tentang sedikit hal. Ada orang tahu sedikit tentang banyak hal. Ada yang tahu banyak
tentang banyak hal… dengan berbagai variabelnya.
Ada orang mengritik dan memberi jalan keluar.
Ada orang mengritik tetapi tak
bisa memberi jalan keluar. Ada
orang tidak mengeritik dan tidak memberi jalan keluar...dengan berbagai
variabelnya.
Ada seorang kiayi nonton tinju bersama
santri-santrinya pada suatu minggu pagi bulan maret tahun 1974. george Foreman
melawan Muhammad Ali di Kinshaha. Pak Kiai bersemangat dan bersorak-sorak
terus-menerus sampai terdengar ke seluruh asrama santri di pesantrennya.
Sebaliknya, para santri hamper tidak ada suaranya dan tampak bingung air muka
mereka.
Setiap kali Muhammad Ali ditonjok,
Pak Kiai bersorak. Para santri tidak berani
meng-Counter meskipun hati mereka ikut sakit melebihi sakitnya Muhammad Ali
ditonjokin Foreman. Ali (32 tahun) menantang Juara Dunia Foreman (24 Tahun).
Mulai ronde ke-3 Ali sudah lari ke pojok ring terus dan memang tak diberi
peluang oleh Foreman untuk sedetik saja tak terpojok. Ali minta tolong sama
tali ring untuk bergelayutan dengan punggungnya menghindari pukulan-pukulan
Foreman.
Para
santri rasanya tidak ridha dunia akhirat melihat dan mendengar Pak Kiai
bersorak-sorak terus setiap kali Ali diberondong pukulan. Sampai akhirnya tiba
menit kedua ronde ke-8, Ali balas memukul, akumulasi jab, straight, dan
tergeletak TKO. Badannya masih belum habis benar, tapi mental dan hatinya KO
duluan karena tak menyangka Ali yang tua mampu menjatuhkannya.
Para santri tak bisa menahan diri lagi. Begitu Foreman ngglimpang
mereka berteriak-teriak sangat keras. Sebaliknya pak Kiai langsung pingsan
karena dua perkara. Pertama karena Foreman tumbang, kedua karena pekik
kegembiraan para santri.
Sejumlah santri panic dan menjunjung
tubuh pak Kiai, mencoba menyadarkannya.
Salah seorang santri nyeletuk:
“Kenapa sih Pak Kiai mbelain Foreman?”
Santri lain menjawab: “Lho,tidak. Pak Kiai sangat fanatic dan cinta sama
Ali. Cuma dia sangka yang Foreman itulah Ali...”
Kisah
ini diperuntukkan bagi siapa saja, aktivis, intelektual, pahlawan, pejuang,
DPR, pemerintah, ulama dan siapa saja. Mohon dengan sangat jangan mengikuti
jejak Pak Kiai itu.
dikutip dari tulisan Emha Ainun Najdib..... qasanalbana@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar