KULIAH PADA USIA
50 TAHUN
Usia 50 tahun apakah terlambat
untuk kuliah S1?, mungkin anda para pemuda-pemudi jaman sekarang akan menjawab
bahwa usia tersebut terlalu jauh terlambat. Tidak untuk ibuku. Beliau
menghabiskan waktunya setamat aliyah untuk menikah dan mendidik anak-anaknya.
Doa yang dipanjatkan sang suami di mekkah ketika berangkat haji, yaitu semoga
istrinya bisa kuliah, akhirnya terkabul di usia 50 tahun.
Ya, Menimba ilmu strata 1 di unmuh Malang, dengan jurusan pendidikan agama adalah suatu hal yang menyenangkan
bagi ibuku. Sepulang dari kuliah, pasti ada saja ilmu-ilmu baru yang beliau
bawa. Dan seolah-olah menyalakan kembali otaknya, dengan ilmu tersebut gaya
bicara serta apa yang keluar dari bibirnya adalah ilmu baru.
Tolong
tunjukkan kepada saya bagaimana cara berjalan di atas lantai tanpa menginjak
lantai?, pertanyaan tersebut diulang oleh ibuku ketika pulang kuliah dan
menyampaikan apa yang dosen tanyakan diawal-awal pembelajaran. Materi mengenai
sarana & prasarana sekolah, disampaikan sang dosen dengan awalan pertanyaan
di atas.
27
mahasiswa dibagi 6, didapatinya 5 kelompok untuk menjawab pertanyaan dosen
tersbut dengan waktu 2 menit untuk berdiskusi. Ibuku dengan antusias
menceritakan kronologi teman-temannya dalam menjawab pertanyaan dosen.
Kelompok
pertama, mereka semua memberikan contoh dengan menyusun bangku-bangku kemudian
berjalan diatasnya hingga ujung. Kelompok kedua, karena oleh dosen tidak boleh
sama dalam menjawabnya maka mereka mencoba hal yang beda, yakni berjalan diatas
buku-buku yang di letakkan berjajar diatas lantai kemudian salah satu mahasiswa
berjalan di atas buku. Kelompok ketiga, kardus yang disobek menjadi 2 bagian,
masing-masing diletakkan di atas lantai. Kardus pertama di injak dan kardus
kedua diletakkan di depan, setelah melangkah ke kardus kedua, kardus pertama
diambil kemudian dipindah di depan
kardus kedua, dan begitu seterusnya hingga mampu melangkah sampai 8 langkah.
Kelompok keempat. Mereka menyusun sepatu-sepatu anggota kelompok yang dilepas
terlebih dahulu kemudian berjalan diatas sepatu tersebut. Kelompok kelima, mereka meminta
anggota kelompoknya untuk duduk di atas kursi dan menariknya hingga 10 m.
Semua
kelompok berhasil menjawab pertanyaan dosen dengan unjuk aksi yang
berbeda-beda. Tentu sang dosen memberikan apresiasi kepada masing-masing
kelompok yang memiliki pemikiran berbeda-beda dalam tantangan berjalan di atas
lantai tanpa menginjak lantai.
Ternyata
hikmah dari pertanyaan tersebut. Jika
dikaitkan degan manajemen sekolah yang berkenaan dengan sarana dan prasarana.
Ternyata sarana dan prasarana bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin tergantung
siapa yang menggunakannya dan bagaimana cara mensiasatinya, bila sarana dan prasaranya tidak sesuai dengan
standar. Sehingga dibutuhkan para pemimpin sekolah kepala sekolah ataupun guru
untuk lebih kreatif dan bisa memakai kelima cara kelompok diatas, bahkan bisa
lebih.
Ibuku
mengakhiri cerita tentang mata kuliahnya dengan tetap menggebu-gebu karena
praktik yang beliau lakukan sangat membekas dibenak beliau dan menjadikannya
paham akan manajemen sarana dan prasarana sekolah.
Terima kasih ibu
dan selamat atas wisuda S1 nya pada oktober 2015 di usia yang ke 54 tahun
Inspiratif banget.tapi memang ngga mudah melakukannya.sulit menggapainya tapi manis di rasakan.
BalasHapus