ILMU
Sebuah keputusan dapat didayagunakan bila kita telah
memiliki ilmu, informasi, dan wewenang. Ilmu pengetahuan diibaratkan sebagai
sebuah pelita, di tengah kegelapan ilmu akan menjadi penerang. Di tengah
ancaman, kegalauan, kesempitan ilmu akan menjaga si empunya.
Dengan kata lain,
ilmu menjadi alat ukur untuk sukses, Pesan yang diwasiatkan Nabi
Muhammad kepada kita semua adalah barang siapa menghendaki kesuksesan dunia, ia
perlu ilmu. Siapa yang mengharapkan kesuksesan akhirat, ia perlu ilmu.
Dan siapa yang menghendaki keduanya, sangat diperlukan ilmu pula.
Karena ilmu sangat
sentral keberadaannya, Nabi mewajibkan bagi setiap Muslim/ Muslimah
menuntutnya. Ciri khas dari manusia bertumbuh adalah sealalu belajar. Belajar
dari apa dan siapa saja. Ada
sebuah kisah, yaitu ketika Socrates yang ada di penjara menunggu hukuman
matinya, ia mendengar seseorang sedang menyanyikan lirik yang pelik karangan
Stesichoras. Socrates memohon kepada penyanyi itu agar mengajarkan lirik
tersebut kepadanya. Ketika ditanya mengapa ia minta diajarkan lagu itu, filusuf
besar itu menjawab, “saya ingin mati dengan mempelajari satu hal baru lagi.”
Socrates adalah pembelajar sejati. Meskipun ajal mau menjemput, Socrates tetap
mau belajar hal yang baru. Sehingga Ilmu wajib untuk didapatkan tidak perduli
Tua-Muda, besar- kecil, laki-perempuan, begitu ia dilahirkan hingga ajal
menjemput, tak seinci pun mereka lepas dari perintah mencari ilmu.
Sebegitu pentingnya
peran ilmu sehingga ayat-ayat tentang ‘ilm bertebaran dalam Al-Qur’an. Begitu
pentingnya ilmu untuk dikuasai juga terdapat pada fiman Allah yang dimulai
dengan Iqra’. Bacalah! Karena membaca
adalah jendela meraih ilmu, membaca menambah wawasan. Wawasan yang luas akan
memberikan perspektif yang menuntun seseorang bagaimana ia seharusnya merespon
apa yang dia lihat, apa yang dia dengar, apa yang dia rasakan. Orang yang
berilmu menghadapi sesuatu dengan tenang, sebaliknya yang cekak ilmunya, sering
panik, terburu-buru yang pada akhirnya merugikan dirinya sendiri.
Janji Allah dalam Al-Qur’an adalah: “Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. 58:11)
Kok bisa begitu? Cukup
mudah untuk mencari jawabannya, karena hanya mereka yang menguasai ilmu, yang
akan bisa menunaikan amanah sebagai pengelola dan pemimpin di muka bumi
(khalifatullah fil ardh). Bisa dimengerti Nabi cemas bila umatnya terdiri atas
kumpulan orang-orang dungu
Orang-orang bodoh
tak bakal mampu memerankan fungsi khalifatullah fil ardh. Bila bumi dipimpin
oleh orang-orang tak menguasai ilmu, bukan peradaban yang dibangun, tapi
kerusakan yang diperoleh, sebab itu dalam kaitannya ilmu, Nabi Muhammad
mewanti-wanti umatnya untuk bisa memenuhi empat kategori figure: mualliman (orang
yang mengajarkan), muta’aliman (orang yang belajar), mustami’an (orang
yang mendengar majelis ilmu), dan muhibban (orang yang menyenangi ilmu).
Dan jangan menjadi orang yang ke-5 (yakni tidak menjadi satu pun dari empat
kategori itu) karena ia akan rusak/ celaka.
qasanalbana@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar